Hari ini tanggal 9 maret 2009 (12 rabiul awal) diperingati oleh seluruh umat Islam sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. seorang tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah, seorang Nabi dan Rasul yang sangat di kagumi, dicintai, dan diidolakan oleh umat Islam.
berbagai acarapun digelar dalam rangka memperingati hari kelahirannya. dari mulai pengajian, karnaval, hingga pasar dadakan.
Di cirebon, datangnya maulud nabi berarti melimpahnya jumlah makanan di masjid atau mushola. terutama di mushola tempatku tinggal. dari malam 1 mulud hingga malam 11 mulud atau yang terkenal dengan sebutan "sewelasan" setiap keluarga yang tinggal di komplek akan mengirimkan makanan ke mushola berupa kue atau nasi kuning untuk di santap bersama oleh jama'ah mushola.
begitupun pada saat acara puncak Maulud Nabi yang berupa pengajian atau tabligh akbar, makanan yang dihadirkan akan semaikn banyak.
Oleh karena itu, pada suatu malam beberapa tahun yang lalu, ibuku yang kala itu sedang sibuk menyiapkan nasi kuning dalam box untuk dibawa ke mushola saat ba'da maghrib dengan santainya berkata: "ini sih bukan MULUDAN tapi MULUTAN". dengan segera tawapun bergema di ruang keluargaku.
Perkataan yang sangat santai, dengan metaphor yang sederhana, tetapi sampai sekarang setiap muludan tiba dan tiba pula giliran keluargaku untuk mengirimkan nasi kuning ke mushola, aku akan selalu mengingat istilah "mulutan".
Terdengar lucu, tapi memang itu yang sebenarnya. pemaknaan Maulud Nabi memang seharusnya lebih dalam dari sekedar pengajian dan makanan. tapi jamaah mushola memang mendadak bertambah banyak seiring banyaknya makanan yang disajikan :) terutama bagi anak-anak, termasuk aku 10 tahun yang lalu adalah juga penggemar acara mulutan di mushola, bukan muludan haha.
Jadi, mana yang lebih menarik bagi kita? MULUDAN atau MULUTAN?
berbagai acarapun digelar dalam rangka memperingati hari kelahirannya. dari mulai pengajian, karnaval, hingga pasar dadakan.
Di cirebon, datangnya maulud nabi berarti melimpahnya jumlah makanan di masjid atau mushola. terutama di mushola tempatku tinggal. dari malam 1 mulud hingga malam 11 mulud atau yang terkenal dengan sebutan "sewelasan" setiap keluarga yang tinggal di komplek akan mengirimkan makanan ke mushola berupa kue atau nasi kuning untuk di santap bersama oleh jama'ah mushola.
begitupun pada saat acara puncak Maulud Nabi yang berupa pengajian atau tabligh akbar, makanan yang dihadirkan akan semaikn banyak.
Oleh karena itu, pada suatu malam beberapa tahun yang lalu, ibuku yang kala itu sedang sibuk menyiapkan nasi kuning dalam box untuk dibawa ke mushola saat ba'da maghrib dengan santainya berkata: "ini sih bukan MULUDAN tapi MULUTAN". dengan segera tawapun bergema di ruang keluargaku.
Perkataan yang sangat santai, dengan metaphor yang sederhana, tetapi sampai sekarang setiap muludan tiba dan tiba pula giliran keluargaku untuk mengirimkan nasi kuning ke mushola, aku akan selalu mengingat istilah "mulutan".
Terdengar lucu, tapi memang itu yang sebenarnya. pemaknaan Maulud Nabi memang seharusnya lebih dalam dari sekedar pengajian dan makanan. tapi jamaah mushola memang mendadak bertambah banyak seiring banyaknya makanan yang disajikan :) terutama bagi anak-anak, termasuk aku 10 tahun yang lalu adalah juga penggemar acara mulutan di mushola, bukan muludan haha.
Jadi, mana yang lebih menarik bagi kita? MULUDAN atau MULUTAN?
No comments:
Post a Comment