8.10.09

tired of speaking, enough listening



lelah fisik dan mental dengan kesibukan yang mendera bagai angin puyuh (awal2 udah lebay, yay!!!)
ketika keteguhan hati untuk menjadi guru kembali diuji bertubi-tubi.
bangun pagi dengan hati yang cerah. masuk kelas dengan jiwa yang ikhlas. didalam kelas, kesabaran mulai terkuras, keluar kelas semuanya bablas... Blas...

menunggu siswa datang untuk kegiatan EC. iseng2 buka FB. dan.... sebuah pencerahan luar biasa yang kutemukan dari situs yang sempat diharamkan MUI.

tanpa ijin yang empunya tulisan, tapi tetap memenuhi etika dunia maya dan mematuhi UU IT, aku membagi pencerahan yang kutemukan.
it's from the super Mario Teguh

………..




Sahabat-sahabat saya yang hatinya baik,

Kehidupan ini adalah sebuah buku yang terbuka lebar,
dan membuka dirinya bagi mereka yang ingin menemukan jawaban bagi semua pertanyaannya.

Sebagian membaca, dan mengerti.
Sebagian membaca, dan mengerti sebagian.

Ada yang selalu bertanya, tetapi tidak membaca.
Ada yang tidak membaca, tetapi berlaku seperti telah mengerti.

Banyak orang yang hanya memandang, tetapi tidak melihat.
Dan lebih banyak lagi, orang yang terlibat,
tetapi tidak menjadi bagian penting dari apa pun.

Itu sebabnya,
selain melihat dan terlibat dalam kesibukan bisnis dan kehidupan ini;
kita juga perlu mendengarkan,
dan mencapai transformasi diri yang dimungkinkan oleh mendengarkan.

Bertentangan dengan kecenderungan umum,
untuk mendahulukan berbicara karena kekhawatiran bahwa diri ini tidak terdengar;
biasakanlah diri ini untuk menahan bicara,
dan kemudian mendengar.
Karena,
jika kita berbicara, kita hanya bisa mengatakan yang sudah kita ketahui.
Tetapi,
jika kita mendengarkan, kita mungkin akan mendengar yang belum kita ketahui.

Seorang pendengar yang baik,
bukan mendengarkan karena dia tidak memiliki sesuatu yang bisa dikatakan.
Dia mendengarkan, karena dia berencana untuk berbicara lebih baik setelah mendengar.

Itu sebabnya kita diminta mengerti bahwa berbicara adalah wilayah kepandaian, sedang mendengarkan adalah wilayah kebijakan.

Dan, jika cara-cara membaca yang baik belum ramah kepada diri ini;
maka gunakanlah cara termudah untuk belajar,
yaitu mendengarkan.

Jika bisnis dan kehidupan ini sebuah buku yang menjadi hidangan lezat bagi mata yang belajar, dia juga bisa menjadi pesta pora bagi telinga yang mendengar.

Bisnis dan kehidupan ini adalah sebuah buku audio,
yang berbisik, mendayu, gemerincing, dan menggelegak dengan nanyian suka-cita.
Sebuah perayaan yang merentang dari lembutnya nafas tidur bayi yang baru lahir semalam,
sampai ke gelora keberhasilan anak-anak kemanusiaan untuk mendatangkan kebaikan bagi saudara-saudaranya.

Pejamkanlah mata sebentar,
dengarkan dan perhatikan betapa banyaknya hal baik, penting, dan indah
yang telah lama tertindih dan tersingkirkan oleh keinginan-keinginan sesaat kita.
Yaitu hal-hal yang membutakan dan menulikan,
karena ketergesaan dan kelemahan yang tidak membangun kekuatan sejati untuk berjaya dalam bisnis dan kehidupan.

Diam-lah sejenak ...
Hening-lah, dengarkan, dan perhatikan.

Secara perlahan akan datang kesadaran-kesadaran baru.

Sebagian dari kesadaran itu berbisik mengenai penundaan-penundaan kita,
yaitu hal-hal penting yang harus kita lakukan.

Sebagian meniupkan semilir udara sejuk yang menenangkan,
karena lebih banyak hal yang menjadi wajar,
karena kesulitan adalah sama wajarnya dengan kemudahan.

Sebagian lagi membesarkan relung di hati ini bagi kemampuan mensyukuri dan memuja dengan lebih khusuk.

Itu sebabnya orang yang mendengar bisa melihat yang tidak kelihatan.

Itu juga sebabnya,
orang yang mudah berhasil dalam bisnis dan kehidupan adalah mereka yang bisa melihat sesuatu dengan jelas,
sebelum sesuatu itu menjadi jelas bagi banyak orang.

Mereka yang berhasil dengan jujur,
yang keberhasilannya dilestarikan dengan nama baik itu,
adalah mereka yang membiasakan dirinya melihat dengan pikirannya,
dan mendengar dengan hatinya.

Mendengarkan adalah sikap hati.

Memang awalnya,
kesediaan untuk mendengar bisa dimulai dengan keputusan pikiran untuk mengambil keuntungan dari mendengarkan,
tetapi akhirnya hanya hati yang baik yang secara alamiah mendahulukan mendengar.

Karena,
ledakan keras dan kebisingan berkelanjutan memang bisa membuat orang tuli.
Tetapi,
kerusakan pendengaran terparah adalah yang disebabkan oleh lidah yang sibuk dalam pementingan diri sendiri.


retrieved from:
Mario Teguh Golden Moment
MENDENGARKAN ADALAH SIKAP HATI

No comments:

Post a Comment