Jika Kau Rindu Aku, Bacalah Sajak Ini
Muhammad Nawir
Sajak ini kumulai di separoh waktu,
ketika senja telah sempurna menyulam jingga
/2/
Dijalan-jalan aku menjelma marka dan rambu-rambu
merah, kuning, hijau dan biru.
Dan mungkin suatu pagi
kau tiba-tiba lewat dan
melihatku tergantung penuh debu
Di warung-warung aku menjelma lembaran-lembaran menu
dari warung pinggiran jalan hingga ke restoran
Dan mungkin suatu petang kau akan datang
memesan semangkuk bakso hangat
dan segelas air mineral,
seperti dulu.
Dalam diary biru, kuning dan ungu
aku menjelma menjadi aksara yang usang
berteman lembaran putih yang kosong melompong
Dan mungkin suatu senja
kau akan kembali menuliskan namamu
disalah satu lembaran dadaku
Saat maghrib sempurna
aku menjelma suara adzan di surau-surau masjid
hingga tak ada lagi tasbih saat isya telah pergi
Dan mungkin suatu malam
kau akan berdoa dan bertanya pada
anak-anak santri; pernahkah aku kemari?
Pun di sebuah cerita
aku telah menjadi baris-baris kenangan
Dan mungkin di suatu saat
kau akan kembali membaca satu atau dua penggal puisiku
atau menulis cerita tentang sekeping kisah masa lalu
serupa tulisan-tulisanmu itu
/3/
Pernahkah lagi engkau mengunjungiku
yang telah tertata rapi di etalase
berbaur bersama tumpukan barang dagangan?
Mungkinkah suatu hari engkau datang
dan memasukkanku kedalam keranjang belanjaanmu?
Jika engkau sekali-kali kepantai
jangan lupa injakkan kakimu dibibirnya
Sebab, sudah sewindu aku telah menyatu bersama gulungan ombak.
mengulum rintihan rindu orang-orang.
Mungkinkah suatu waktu engkau datang
Lalu menghabiskan senja memandangiku??
Bilakah engkau kan kembali menapaki jalan-jalan itu
lalu engkau tak menemukanku,
mungkin waktu telah menghempasku jauh
atau mungkin rindu telah membawaku pergi
Dan yang pasti aku sejatinya ada
meski serupa noktah dalam baris-baris tulisanmu
/4/
Sajak ini berakhir di penghujung waktu
Ketika pagi betul-betul telah memaksa malam pergi.
No comments:
Post a Comment