saat mentari memutuskan untuk mengundurkan diri sejenak dari panggung cakrawala, kegelapan mulai mengambil peran. bumi diselumuti warna hitam, pekat dan kian pekat. terkadang malam datang terlalu cepat dan pergi sangat lambat, menyisakan banyak waktu untuk dihabiskan dalam gelap.
dulu sewaktu masih balita, aku menghabiskan malam digendongan ayah sambil mendengarkan dongeng dan cerita rakyat sampai lelap. atau menunggangi punggungnya berkeliling rumah mencari nyamuk-nyamuk yang telah mati terkena obat semprot, mengumpulkan semuanya lalu membungkusnya dengan kertas koran. setelah itu dibakar, aku suka dengan bau asap dan suara pletok-pletok yang keluar dari badan nyamuk yang terbakar.
ketika awal-awal tahun di sekolah dasar, aku menghabiskan awal malam untuk mengaji di rumah pak ustadz yang sempit, berjejalan dengan anak lain untuk membaca huruf-huruf al-quran di bawah sorot lampu pijar 10 watt. setelahnya, aku akan memenuhi rumah dengan kartu alphabet dan belajar membuat dan membaca rangkaiannya dalam kata-kata. ibu bilang, aku tidak lancar membaca sampai kelas dua SD. hiks....
tapi sekarang aku malah sangat senang membaca dan menjadi guru bahasa yang harus menularkan kegemaran membaca pada murid-muridku.
pada malam liburan semester di akhir-akhir tahun sekolah dasar, aku akan menghabiskan malam dengan menonton si doel anak sekolah, dan bermain bulu tangkis bersama teman di komplek rumah.
aku masih ingat, beberapa malam yang paling berkesan pada masa kecilku adalah ketika aku menginap di rumah nenek, tidur berjejalan dengan beberapa orang sepupu. setelah sebelumnya mendengarkan cerita masa kecil nenek tentang penjajah belanda, jepang, dan PKI.
aku juga akan melewatkan beberapa waktu malam untuk melihat pertunjukkan asap dari mamang yang perokok berat. aku selalu menganggap asap rokok yang dia tiupkan begitu indah dengan berbagai bentuk yang bisa keluar lewat mulut, hidung dan telinganya. hingga suatu malam, aku mendengar kabar kematian mamang karena kanker paru-paru. sejak saat itu, aku benci asap rokok.
malam-malam ketika aku mulai meninggalkan masa kanak-kanak terasa kian berat. saat SMP dan SMA aku menghabiskan malam dengan mengerjakan tugas, dan menghapal materi ujian. sering kali aku tertidur dikelilingi buku-buku sekolah. beberapa malam aku cemas karena merasa tidak siap menghadapi ujian sekolah. beberapa malam lagi, aku tidak nyenyak tidur karena terlalu pusing memikirkan tugas sekolah yang belum selesai.
dan sekarang, setiap kali memasuki kelas, aku selalu bertanya apakah murid-muridku melewati malam yang berat? seperti yang pernah aku alami?
saat menjalani masa kuliah diperantauan, aku menghabiskan malam pertama di kosan dengan menangis. setelah tujuh belas tahun tinggal di rumah, aku merasa takut dan tidak siap hidup di rantau. menjalani hari-hari ku sebagai mahasiswa.
tapi itu hanya satu malam saja, karena malam-malam selanjutnya aku habiskan dengan tidur nyenyak karena lelah setelah menjalani orientasi kampus.
saat kegiatan perkuliahan mulai padat dan aku aktif di kegiatan kemahasiswaan, beberapa malam aku habiskan di kampus dengan para aktivis. merapatkan sesuatu hingga menyiapkan acara.
beberapa malam aku habiskan di rentalan komputer milik ibu kos. karena uang kiriman dari ayah belum cukup untuk membeli komputer, sedangkan aku baru punya ide mengerjakan tugas kuliah setelah malam sudah larut.
di tahun-tahun akhir kuliah, aku mengalami malam-malam yang berat dan panjang. bersyukur aku sudah bisa membeli komputer, jadi tidak perlu lagi begadang di rentalan, aku bisa mengetik laporan, makalah, dan booklet di kamar kos ku sambil diselingi makan cemilan, mie rebus, juga minum teh hangat yang ku buat dan seduh sendiri.
terkadang ditengah kesibukan malam hari, ibu menelpon untuk memberiku semangat. "............maaf ya nak, ibu hanya bisa bantu doa, semoga semua lancar, tetap sehat, dan diberi kelapangan pikiran untuk mengerjakan semua tugas kuliah, dan menjawab semua pertanyaan ujian."
ada tiga malam yang sangat berkesan selama kuliah, pertama adalah malam ketika aku berkesempatan menyaksikan pagelaran orkestra sebagai inagurasi teman-teman jurusan seni, kedua adalah malam pelepasan wisudwan, dan ketiga adalah malam menjelang sidang skripsi.
sekarang, saat aku semakin dewasa, malam adalah saat untuk bermuhasabah. tidak banyak tugas yang harus ku kerjakan hingga malam, karena itu malam hari lebih banyak ku habiskan untuk menghitung.
menghitung berapa banyak hati yang telah ku sakiti, apakah lebih banyak dari hati yang telah ku bahagiakan?
mengitung berapa banyak ilmu yang telah aku bagi, apakah lebih banyak dari gosip yang menyesatkan?
menghitung berapa banyak kantong plastik yang telah aku buang? berapa banyak kertas yang telah aku pakai? berapa banyak polusi yang telah kusebarkan kepada alam? apakah sebanding dengan usahaku menjaga alam hanya dengan membuang sampah pada tempatnya?
menghitung berapa detik yang telah kuhabiskan untuk bersyukur? apakah lebih banyak dari waktu yang kuhabiskan untuk merutuki hidup?
mengira-ngira apakah masih sanggup melewati malam ini untuk bertemu esok pagi?
well, selamat malam dunia..................
No comments:
Post a Comment