25.9.10

Good Morning

Terjaga satu jam lebih awal, membuatku leluasa menghabiskan pagi. Mungkin karena aku tidur lebih awal dan cukup nyenyak, badanku terasa sangat bugar. Pagi di hari sabtu, weekend, pertanda kegiatan jauh lebih padat dari hari biasa. Aku akan menghabiskan waktu di sekolah dari pagi hingga petang menjelang. Ada rapat yang harus ku hadiri.

Aku baru menyelesaikan dzikir ku ketika hujan mulai menyapa daun dan rerumputan. Mendung yang menggantung sejak malam akhirnya jatuh juga.
Suasana yang sejuk membuatku memutuskan untuk lebih lama berdialog dengan pemilik hujan dan alam semesta. Pagi ini begitu hening, mungkin karena orang lain lebih tertarik untuk mendekap kasur dan bantal guling masing-masing.

Pagi seperti ini, ditambah suami yang berada di luar kota, mengingatkan ku pada masa lajang yang kuhabiskan di utara bandung raya. Suasana sepi, udara dingin, dan hatiku yang larut dalam khidmatnya ibadah.

Suara deru motor tetangga yang beranjak bekerja meski hujan belum lagi reda, menyadarkanku untuk segera bersiap. Kulipat sajadah dan mukenah, lalu bergegas ke dapur. Hari ini banyak kegiatan, jadi wajib hukumnya untuk sarapan dan membawa camilan. Ditambah cuaca yang tak menentu, thypoid mulai mengancam.

Aku cukup akrab dengan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. Mulai dari sekedar diare, gastritis, hingga thypoid. Tapi semua penyakit itu tidak menghentikanku dari gaya hidup instan. Sejak jaman kuliah, makanan instan menemani hari-hariku. Dan kebiasaan itu masih berlanjut sampai sekarang. Pagi ini aku menyeduh bubur instan untuk sarapan ditemani susu beruang. Sebagai camilan saat istirahat nanti, aku siapkan roti tawar bertabur susu dan coklat ceres serta sebotol air mineral. Untuk makan siang, aku percayakan pada pak satim, tukang soto di sekolah.

Setelah selesai soal makanan, aku kembali ke kamar untuk memilih baju. Bobot tubuh yang bertambah, timbunan lemak di setiap sudut akibat kemakmuran dan terapi hormon yang kujalani, membuatku tidak punya banyak pilihan. Dan pilihanku kembali jatuh pada kemeja garis hijau dengan kerudung senada dan celana warna hitam. Semuanya berbahan katun agar nyaman dipakai sepanjang hari.

Selesai berdandan dan mematut diri di depan cermin sepatutnya, aku bergerak ke meja makan untuk melahap bubur instan yang sudah mulai dingin dan terlalu merekah. Rasanya memang kurang sedap, tapi cukuplah untuk mengganjal perut sampai waktu istirahat.

Sementara aku asik memperhatikan tingkah spongebob sambil menyuapkan bubur ke mulutku, terdengar suara gerbang belakang dibuka. Ternyata pak momon yang datang, siap untuk mengantarku ke sekolah. Sejak peristiwa 22 pebruari, suamiku ngotot untuk menyewa jasa supir pribadi yang siap mengantarku kemanapun.

Aku mengecek barang bawaanku. Roti, air, tempat pensil, absensi, dompet, dan...handphone. Siiiiiipppp. Semua lengkap. Ayo berangkat!!! Kita terjang hujan dengan semangat. (sampai disini aku terbaca seperti murid SD yach.....)

jalanan tampak lengang. Hanya ada beberapa mobil berseliweran dan manusia-manusia berpayung. Hingga seorang pengendara motor melewatiku dan aku tersadar akan sesuatu.
Hari ini harusnya aku pakai seragam PGRI......!!!!!!! Ah..... Ya sudahlah......

*catatan kaki
seandainya takdir berkata lain, mungkin pagiku akan lebih hiruk pikuk. Karena aku harus mengurusi makhluk Tuhan yang mungil dengan segala tingkah polahnya.
Maaf Tuhan, aku masih terluka. Salah satu hari di bulan september ini "was my due date".



No comments:

Post a Comment