2.7.10

pantaskah?

berhentilah meratapi diri yang merasa hanya pantas sebagai bawahan bukan pimpinan.
berhentilah merutuki nasib sebagai orang yang tidak pantas meraih kebahagiaan dan kesuksesan.
sekiranya itulah pemahaman yang aku dapat dari status FB mario teguh pagi ini.

setiap manusia memang berhak dan pantas untuk berhasil, untuk menjadi pemimpin, untuk meraih impian tertinggi.
namun tidak tanpa usaha.
yang utama adalah dengan memantaskan diri. membuat diri kita pantas berhasil, membuat diri kita pantas menjadi pemimpin.

selama ini kita belum berhasil, kemungkinan besar adalah karena kita tidak melakukan hal-hal yang membuat kita pantas untuk berhasil. banyak hal yang telah kita lakukan malah membuat kita menjadi orang yang pantas gagal.

kita ingin pantas menjadi pemimpin, padahal kelakuan kita sehari-hari hanya pantas untuk bawahan. kita bahkan belum pantas untuk memimpin diri sendiri, sesuatu yang menjadi keharusan sebelum kita bisa memimpin orang lain.

hanya pemenang yang mendapat piala. jika ingin menang, berlatihlan, berusalah, dan bertindaklah selayaknya pemenang, hingga kita pantas menjadi pemenang dan mendapat piala.

saat ini, begitu banyak manusia yang merasa pantas menjadi pemimpin bagi manusia lain. padahal mereka sama sekali tidak berusaha membuat diri mereka pantas untuk dijadikan pemimpin.
ketika keinginan untuk menjadi pimpinan ditolak oleh para calon bawahannya, yang dilakukan adalah memarahi, memaki, menyalahkan para calon bawahan itu.
seharusnya para calon pemimpin itu bercermin dan mengoreksi diri. mengapa mereka dianggap tidak pantas menjadi pimpinan. 
seharusnya penolakan itu dijadikan ukuran untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas sehingga dia pantas menjadi pemimpin sejati.

seorang imam yang setiap tiba gilirannya untuk megimami di masjid, mendapati jumlah jamaahnya berkurang dibandingkan dengan imam yang lain, seharusnya tidak malah menyalahkan para jamaah. menganggap mereka malas, menganggap mereka memilih-milih imam dalam beribadah.
meski mungkin anggapan itu benar, namun akan lebih benar jika sang imam kemudian menggunakan kenyataan itu sebagai tolok ukur kepantasan dirinya sebagai imam. 
mungkin saja dia tidak mengimami dengan tulus, sehingga jamaah tidak merasakan kekhusyuan dalam shalatnya. atau mungkin bacaan ayat sang imam yang itu-itu saja sehingga membuat jamaah merasa bosan. atau mungkin bacaan sang imam yang kurang tartil.
jadi, daripada sibuk manyalahkan orang lain, lebih baik dia gunakan waktunya untuk memperbaiki diri. bagaimanapun, para jamaah berhak mendapatkan pemimpin yang baik dalam ibadahnya.
pun demikian para calon pemimpin daerah yang tidak menang dalam pilkada, atau para calon ketua KPK yang tidak lolos seleksi.
daripada sibuk berdemo, sibuk membuat aduan-aduan hukum, sibuk mencari-cari celah panitia pemilihan, lebih baik menggunakan waktu, tenaga, dan hartanya untuk memperbaiki diri, untuk membuat diri mereka pantas sebagai pemimpin di masa depan.


"setiap kita memang pantas berhasil dan pantas menjadi pemimpin, tetapi untuk itu kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memantaskan diri menjadi berhasil dan menjadi pemimpin."


sudah pantaskah anda berhasil?

-dwizan-



No comments:

Post a Comment